berikut prinsip prinsip yang harus dipegang dalam sebuah tim kecuali

Jawabanyang benar adalah: A. Prinsip independen. Dilansir dari Ensiklopedia, dalam mengungkapkan suatu temuan pemeriksaan, ketua tim harus memperhatikan beberapa prinsip yang harus dipenuhi, kecuali Prinsip independen. [irp] Pembahasan dan Penjelasan. Menurut saya jawaban A. Prinsip independen adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan cara menghilangkan bercak ungu di layar hp samsung. 7 Prinsip Manajemen Keuangan yang Perlu Anda Ketahui Di dalam perusahaan, pengaturan keuangan sering disebut dengan manajemen keuangan. Kegiatan ini biasanya meliputi perencanaan, pengoperasian, analisis kegiatan keuangan, serta kontrol, dan pengendalian keuangan. Ada berapa prinsip-prinsip manajemen keuangan yang perlu diperhatikan yang berarti bisa mencegah pola administrasi keuangan yang tidak transparan. Secara garis besar, manajemen keuangan adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan modal kerja, cara menggunakan atau mengalokasikan dana, serta mengelola aset yang dimiliki untuk mencapai tujuan utama. Dalam prakteknya, manajemen keuangan adalah tindakan yang diambil dalam rangka menjaga kestabilan keuangan perusahaan. Melaksanakan manajemen keuangan tentu bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan prinsip-prinsip yang dapat mendasari manajemen transaksi keuangan. Tahukah Anda kalau aplikasi akuntansi online Mekari Jurnal bisa memudahkan Anda mengelola keuangan perusahaan secara lebih praktis dan akurat. Buktikan dengan coba gratis aplikasi Jurnal dengan klik tombol atau pada banner di bawah ini. Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang! atau Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang! Ruang Lingkup Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki 3 ruang lingkup, yaitu Keputusan Pendanaan Keputusan ini meliputi kebijakan manajemen dalam pencarian dana perusahaan, seperti kebijakan dalam menerbitkan obligasi serta kebijakan hutang jangka pendek dan panjang perusahaan yang bersumber dari internal atau eksternal perusahaan. Keputusan Investasi Kebijakan penanaman modal perusahaan kepada aktiva tetap atau Fixed Assets seperti tanah, gedung, serta peralatan mesin, atau aktiva finansial yang berupa surat-surat berharga, seperti obligasi dan saham. Keputusan Pengelolaan Aset Kebijakan yang meliputi pengelolaan aset yang dimiliki dengan efisien untuk mencapai tujuan dari suatu perusahaan. Ada 7 prinsip manajemen keuangan yang perlu Anda ketahui. Apa sajakah? 1. Akuntabilitas Accountability Akuntabilitas adalah kewajiban moral atau hukum yang melekat dalam individu, kelompok, atau perusahaan untuk menyebutkan bagaimana dana, alat-alat, atau wewenang yang diberikan pihak ketiga. Apakah dana tersebut sudah dipakai dan digunakan? Dan digunakan untuk apa? Perusahaan harus bisa menyebutkan bagaimana mereka memakai asal dananya dan apa yang telah dia capai sebagai pertanggungjawaban pada orang yang berkepentingan serta penerima manfaat. Semua yang berkepentingan berhak untuk mengetahui bagaimana dana dan kewenangan digunakan. Pantau Bisnis Anda Kapan Saja dan Dimana Saja dengan Jurnal. Pelajar Fitur Jurnal Selengkapnya di sini! Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang! atau Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang! 2. Konsistensi Consistency Sistem dan kebijakan keuangan dari organisasi harus konsisten dari waktu ke waktu. Ini tidak berarti bahwa sistem keuangan tidak boleh disesuaikan apabila terjadi perubahan pada organisasi. Pendekatan yang tidak konsisten terhadap manajemen keuangan merupakan suatu pertanda bahwa terdapat manipulasi dalam pengelolaan keuangan. 3. Kelangsungan Hidup Viability Agar keuangan terjaga, pengeluaran organisasi di tingkat strategi hingga operasional wajib sejalan atau disesuaikan dengan dana yang diterima. Kelangsungan hidup viability merupakan suatu ukuran tingkat keamanan dan keberlanjutan keuangan organisasi. Manajer organisasi harus menyiapkan sebuah rencana keuangan yang menunjukkan bagaimana organisasi dapat melaksanakan strateginya dan memenuhi kebutuhan keuangan. Baca juga 10 Prinsip Akuntansi yang Perlu Anda Ketahui 4. Transparansi Transparency Perusahaan harus terbuka mengenai pekerjaannya, menyediakan informasi yang berkaitan dengan rencana dan aktivitasnya kepada para orang yang berkepentingan. Termasuk didalamnya menyiapkan laporan akuntansi keuangan yang akurat, lengkap, dan tepat waktu, serta dapat diakses dengan mudah oleh para manajemen yang berkepentingan dan penerima manfaat. Pola administrasi keuangan yang tidak transparan berarti menandakan ada sesuatu hal yang disembunyikan. Optimalkan Bisnis Anda dengan Jurnal Enterprise+. Pelajar Fitur Jurnal Selengkapnya di sini! Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang! atau Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang! 5. Standar Akuntansi Accounting Standards Sistem akuntansi dan keuangan yang digunakan perusahaan harus sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia. Hal ini berarti setiap akuntan di seluruh dunia dapat sepaham dan mengerti sistem yang digunakan. 6. Integritas Integrity Dalam melaksanakan aktivitas operasionalnya, individu yang terlibat wajib memiliki integritas yang baik. Selain itu, laporan dan catatan keuangan juga harus dijaga integritasnya melalui kelengkapan dan keakuratan pencatatan keuangan. 7. Pengelolaan Stewardship Perusahaan harus dapat mengelola dan menggunakan dana yang telah diperoleh dengan baik dan menjamin bahwa dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Manage Keuangan Anda dengan Software Akuntansi Mekari Jurnal Itulah ketujuh prinsip manajemen keuangan yang perlu Anda ketahui. Melakukan manajemen keuangan tentu bukanlah hal yang mudah. Namun, Anda tidak perlu khawatir karena di zaman teknologi seperti sekarang ini Anda dapat memanfaatkan software akuntansi. Mekari Jurnal adalah software akuntansi online yang dapat membantu Anda melakukan manajemen keuangan perusahaan dengan baik. Jurnal dapat membantu membuat laporan keuangan dengan cepat, instan, dan menyajikan data secara realtime. Jurnal sebagai aplikasi kas juga memiliki berbagai fitur menarik yang dapat membantu pengelolaan bisnis Anda seperti pengaturan stok barang, hingga pencatatan faktur. Daftarkan bisnis Anda sekarang juga dengan Jurnal dan nikmati free trial 14 hari. Info lebih lanjut, klik di sini. Saya Mau Coba Gratis Jurnal Sekarang! atau Saya Mau Bertanya Ke Sales Jurnal Sekarang! Itulah berapa prinsip-prinsip manajemen keuangan yang harus Anda ketahui. Pola administriasi keuangan yang tidak transparan berarti ada hal yang disembunyikan oleh perusahaan. Semoga bermanfaat dan ikuti media sosial Mekari Jurnal untuk tips lain tentang bisnis, keuangan, dan akuntansi. Prinsip organisasi adalah panduan atau beragai asas dalam membentuk atau menyusun suatu organisasi yang baik Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 67. Sementara itu menurut Sadikin dkk 2020, hlm. 44 prinsip organisasi adalah pedoman dan prinsip-prinsip yang harus diterapkan agar organisasi dapat berjalan dengan baik. Menurut Manullang dalam Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 67-74 terdapat 7 prinsip organisasi yang dapat diaplikasikan untuk memastikan organisasi dapat berjalan dengan baik, ketujuh prinsip tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. Menurut Manullang dalam Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. 67 7 prinsip-prinsip organisasi adalah sebagai berikut. 1. Perumusan dengan jelas Saat kita hendak melakukan suatu aktivitas, maka hal pertama yang harus ditegaskan adalah apa yang menjadi tujuan aktivitas tersebut. Hal tersebut berlaku pula saat kita hendak mendirikan suatu organisasi. Apa bila kita akan mengorganisasi atau membuat suatu badan, maka yang pertama yang harus ditegaskan adalah apa yang menjadi tujuan kita. Tujuan ada hal-hal yang ingin dicapai atau dipelihara baik berupa materi atau nonmateri dengan melakukan satu atau lebih kegiatan aktivitas. Bagi suatu badan, tujuan itu akan berperan sebagai Pedoman ke arah mana organisasi itu akan dibawa; Landasan bagi organisasi yang bersangkutan; Menentukan macam aktivitas yang akan dilakukan; Menentukan program, prosedur, KISS ME Koordinasi, Integrasi,Simplikasi, Sinkronisasi, dan Mekanisasi. Contoh Penerapan Contoh penerapan prinsip organisasi berupa perumusah dengan jelas ini adalah dengan merumuskan visi dan misi perusahaan sebagai pedoman utama dalam menjalankan organisasi. Selain itu contoh lainnya adalah dengan merumuskan tujuan utama dari organisasi sendiri, apakah hanya berfokus pada profit sebagai perusahaan? sektor industri apa yang akan disasar? Bagaimana standar pelaksanaan dan kualitas mutu yang akan dilakukan dalam pengoperasioan organisasi? dan sebagainya. 2. Pembagian kerja Biasanya dalam sebuah organisasi, pembagian kerja adalah keharusan. Hal tersebut karena tanpa adanya pembagian kerja kemungkinan terjadinya tumpang tindih tugas menjadi amat besar Sadikin dkk, 2020, hlm. 44. Pembagian kerja pada akhirnya akan menghasilkan departemen-departemen dan job description dari masing-masing unsur sampai unit-unit terkecil dalam organisasi. Pembagian kerja dapat ditetapkan sekaligus susunan organisasi dan hubungan serta wewenang masing-masing unit organisasi. Untuk mengadakan pembagian kerja, ada beberapa dasar yang dap digunakan sebagai pedoman, yakni sebagai berikut. Pembagian kerja atas dasar wilayah atau teritorial, misalnya kabupaten membagi tugas pekerjaan atas dasar kecamatan yang terdapat dalam kabupaten tersebut. Pembagian kerja atas dasar jenis benda yang diproduksikan misalnya dalam suatu industri mobil terdapat urusan mobil sedan truk, jip, dan sebagainya. Pembagian kerja atas dasar langganan yang dilayani, misalnya pada suatu grosir semen terdapat bagian yang melayani pemerintah, kontraktor, masyarakat umum, dan lain sebagainya, atau pada sebuah rumah sakit terdapat bagian penyakit kulit, penyakit dalam, penyakit paru-paru, penyakit mata, penyakit THT. dan lain sebagainya. Pembagian kerja atas dasar fungsi rangkaian kerja, misalnya dalam suatu perusahaan industri terdapat bagian pembelian, personalia, tata usaha, pemasaran, penggudangan, dan lain sebagainya, atau pada suatu perguruan tinggi terdapat bagian pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat, dan lain sebagainya, atau pada bagian tata usaha terdapat sub bagian pengadaan, pengarsipan, dan ekspedisi. Pembagian kerja atas dasar waktu sehingga terdapat bagian waktu pagi, siang, dan malam. Pembagian kerja bukan saja perlu dilihat dari manfaat yang diperoleh dari penerapan spesialisasi, tetapi juga dalam rangka mewujudkan penempatan orang yang tetap pada jabatan yang tepat dan dalam rangka mempermudah pengawasan oleh atasan. Oleh karena itu, dalam pembagian kerja dalam suatu organisasi ada baiknya dipedomani hal-hal sebagai berikut. Jumlah unit organisasi diusahakan sedikit mungkin sesuai dengan kebutuhan. Suatu unit organisasi harus mempunyai fungsi bulat dan berkaitan satu sama lain. Pembentukan unit baru hanya dilaksanakan bila unit-unit yang telah ada tidak tepat lagi menampung kegiatan-kegiatan baru tersebut, baik karena beban kerja maupun karena hubungan kegiatan yang sangat berbeda Sadikin dkk, 2020, hlm. 45. Sementara itu berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, organisasi dapat dibagi menjadi 6 macam sifat berbeda yang di antaranya adalah sebagai berikut. Unit yang melakukan penetapan kebijaksanaan umum bagi seluruh perusahaan. Unit pimpinan yang melakukan aktivitas penerapan kebijaksanaan umum bagi berbagai kegiatan perusahaan. Unit operasi yang melakukan aktivitas-aktivitas pokok perusahaan. d. Unit penunjang service unit yang melakukan aktivitas yang membantu memperlancar unit operasi dalam melakukan kegiatannya. Unit pengawasan yang melakukan aktivitass pemeriksaan dan pengawasan kegiatan-kegiatan unit-unit operasi. Unit konsultasi yang melakukan aktivitas memberi bantuan keahlian /kepada pimpinan. Contoh Penerapan Contoh penerapan prinsip pembagian kerja ini adalah dengan membagi suatu departemen menjadi beberapa seksi. Misalnya, departemen branding dan marketing dapat dibagi menjadi dua seksi, yaitu seksi branding dan seksi marketing. Dengan demikian, anggota organisasi dapat berfokus pada tugas masing-masing yang meskipun masih memiliki tujuan yang sama namun telah memiliki skopnya masing-masing sehingga dapat menghindari benturan yang dapat terjadi karena kedua seksi ini memiliki tugas dan tujuan yang sering tumpang tindih. Melalui pembagian kerja tersebut, kedua seksi dapat membagi beban kompleksitas pekerjaan yang ada serta berkoordinasi dengan lebih baik. 3. Delegasi kekuasaan Salah satu prinsip pokok dalam setiap organisasi adalah degelasi kekuasaan Pelimpahan wewenang. kekuasaan atau wewenang merupakan hak seseorang untuk mengambil tindakan yang perlu agar tugas dan fungsi-fungsinya dapat dilaksanakan sebaik-baiknya. Wewenang atau kekuasaan itu terdiri dari berbagai aspek, antara lain wewenang mengambil keputusan, wewenang menggunakan sumber daya, wewenang memerintah, dan wewenang memakai batas waktu tertentu. Delegasi kekuasaan atau pelimpahan wewenang merupakan keahlian pemimpin yang Penting dan elementer sebab dengan delegasi kekuasaan, seseorang pemimpin dapat melipat gandakan waktu, perhatian, dan pengetahuannya yang terbatas. Bahkan dapat dikatakan delegasi kekuasaan merupakan salah satu jalan utama bagi setiap pemimpin untuk percaya akan diri sendiri. Kesanggupan untuk menerima tanggung jawab adalah tes pertama bagi seorang pemimpin, tetapi keberanian mendelegasikan kekuasaan pada bawahan, merupakan tanda nyata seorang pemimpin yang sukses. Untuk mendelegasikan kekuasaan agar proses delegasi dapat efektif, sedikitnya empat hal harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut. Delegasi kekuasaan adalah anak kembar siam dengan delegasi tugas; bila kedua-duanya telah ada harus pula dibarengi dengan adanya pertanggung jawaban. Dengan kata lain, proses delegasi meliputi pemberian tugas dan kekuasaan kepada bawahan dan bila dua-duanya telah ada pun harus tetap dibarengi dengan adanya pertanggungjawaban. Proses delegasi harus mencakup tiga unsur. yaitu delegasi tugas, delegasi kekuasaan, dan adanya pertanggungjawaban. Kekuasaan yang didelegasikan harus diberikan kepada orang yang tepat, baik dilihat dari sudut kualifikasi maupun dari sudut fisik. Mendelegasikan kekuasaan kepada seseorang harus dibarengi dengan Pemberian motivasi. Pejabat yang mendelegasikan kekuasaan harus membimbing dan mengawasi orang yang menerima delegasi wewenang Sadikin dkk, 2020, hlm. 47. Delegasi kekuasaan mempunyai manfaat ganda yang terpenting yang di antaranya adalah sebagai berikut. Pemimpin dapat memusatkan perhatiannya pada pekerjaan pokok saja. Putusan dapat dibuat lebih cepat dan pada unit yang tepat Inisiatif dan rasa tanggung jawab bawahan dapat dimotivasi sehingga bawahan tidak selalu menunggu perintah atasan. Merupakan suatu cara mendidik atau mengembangkan bawahan sehingga kelak mampu memberi tugas dan tanggung jawab yang besar Sadikin dkk, 2020, hlm. 47. Contoh Penerapan Contoh penerapan delegasi kekuasaan ini adalah dengan sesederhana menunjuk salah satu dari anggota tim menjadi team leader untuk masing-masing tim yang akan terlibat dengan pekerjaan kita. Dengan demikian kita dapat terus berkoordinasi dengan semua tim tanpa harus menemui dan berkomunikasi dengan semua anggota tim yang selain menyita waktu akan mengurangi efektivitas dan menambah risiko miss komunikasi dan cukup berkoordinasi dengan team leader yang telah kita delegasikan. 4. Rentangan Kekuasaan Rentangan kekuasaan maksudnya adalah beberapa jumlah bawahan seorang pemimpin sehingga pemimpin itu dapat memimpin, membimbing, dan mengawasi secara berhasil guna dan berdaya guna Sadikin, 2020, hlm. 48. Graicunas dalam Sadikin, 2020, hlm. 48 mengutarakan secara tegas bahwa lima atau delapan orang adalah jumlah maksimal yang dapat diawasi seorang pemimpin. Selain itu, dalam menetapkan beberapa jumlah bawahan yang tepat dari seorang pemimpin harus diperhatikan berbagai faktor sebagai berikut. Jelas tidaknya tugas, wewenang dan pertanggungjawaban masing-masing orang dalam suatu organisasi. Bila ketiga hal tersebut jelas, semakin banyak orang yang dapat menjadi bawahan seseorang pemimpin. Jalinan hubungan kerja dari masing-masing bawahan satu sama lain. Semakin kompleks jalinan hubungan kerja, makin sedikit jumlah bawahan dari seorang atasan, demikian sebaliknya. Makin sederhana jalinan hubungan kerja masing-masing bawahan, lebih banyak bawahan yang dipimpin, dibimbing dan diawasi seseorang atasan. Kemampuan orang-orang dalam suatu organisasi. Semakin terampil bawahan dalam sesuatu organisasi, semakin banyak orang-orang yang dapat dikendalikan oleh seorang pemimpin, demikian sebaliknya. Corak pekerjaan. Apabila corak pekerjaan bawahan tidak begitu beraneka warna, semakin banyak bawahan yang dapat dibimbing dan diawasi oleh seseorang pemimpin. Sebaliknya semakin beraneka warna corak pekerjaan bawahan semakin sukar memimpin untuk membimbing dan mengawasi bawahan dan konsekuensinya harus dikecilkan jumlah bawahan dari seseorang pemimpin. Stabilitas organisasi dan stabilitas tenaga kerja. Rentangan kekuasaan yang luas dapat diterapkan bila terdapat adanya stabilitas organisasi dan stabilitas tenaga kerja dalam suatu badan. Rentangan kekuasaan yang kecil harus diterapkan bila organisasi dalam keadaan labil atau dalam keadaan tumbuh dan terus mengalami perubahan; demikian pula bila terjadi “Labour turn over” yang tinggi, maka sebaiknya diterapkan rentangan kekuasaan yang sempit, Jarak dan waktu. Jika bawahan seseorang tempatnya berjauhan rentangan kekuasaan harus lebih sempit, misalnya bawahan yang tersebar di daerah yang berjauhan. Sebaliknya, bila bawahan seseorang tempatnya saling berdekatan, rentangan kekuasaan dapat lebih luas. Demikian pula bila pelaksanaan sesuatu tugas relatif lama, rentangan kekuasaan harus lebih sempit, sebaliknya bila pelaksanaan sesuatu tugas relatif singkat, rentangan kekuasaan dapat lebih luas Sadikin dkk, 2020, hlm. 49. Contoh Penerapan Contoh penerapan rentang kekuasaan ini dapat dilakukan dengan membatasi kekuasaan manager tingkat tinggi terhadap tim teknis yang memiliki keterampilan khusus seperti tim teknologi informasi yang terampil mengkode atau membangun aplikasi. Hal tersebut karena staf ahli semacam itu haruslah memiliki pimpinan yang memiliki kualifikasi khusus juga agar dapat mampu membimbing dan mengoordinasikan timnya. 5. Tingkat-tingkat Pengawasan Menurut prinsip ini tingkat pengawasan atau pemimpin hendaknya diusahakan sedikit mungkin. Di dalam suatu organisasi diusahakan agar terdapat the least posible number of management levels dan the shorter possible chain of command. Harus diusahakan agar organisasi sesederhana mungkin, selain memudahkan komuni- kasi agar ada motivasi bagi setiap orang di dalam organisasi untuk mencapai tingkat-tingkat tertinggi di dalam struktur organisasi. Sehubungan dengan prinsip tingkat-tingkat pengawasan ini, maka dalam organisasi terdapat berbagai jumlah tingkatan, yaitu dua sampai tiga tingkat, biasa disebut organisasi pipih flat top organization, empat tingkat, sering disebut struktur organisasi datar, dan lima tingkat, sering disebut struktur organisasi curam. Dilihat dari saluran komunikasi baik ke atas maupun ke bawah Jumlah tingkatan dalam sesuatu organisasi sebaiknya lima tingkat saja Sadikin dkk, 2020, hlm. 50. Contoh Penerapan Contoh penerapan dari prinsip tingkat-tingkat pengawasan adalah dengan membagi suatu team leader suatu divisi menjadi dua tingkat, yaitu seorang manager yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan umum tugas, dan supervisor yang akan mengawasi dan membimbing secara langsung teknik dari tugas atau pekerjaan yang akan dilakukan oleh divisi tersebut. 6. Kesatuan Perintah dan Tanggung jawab Menurut prinsip ini, seorang bawahan hanya mempunyai seorang atasan dari siapa ia menerima perintah dan kepada siapa ia memberi pertanggungjawaban akan pelaksanaan tugasnya. Dengan kata lain, prinsip ini berpedoman kepada an employee should receive orders from one superior only. Salah satu motto yang terkenal dari prinsip ini adalah no man can two bosses atau tidak seorang pun dapat melayani dua atasan sekaligus. Contoh Penerapan Contoh penerapan prinsip kesatuan perintah tanggung jawab adalah meskipun organisasi terdiri atas berbagai divisi yang memiliki tugasnya masing-masing, seluruh pimpinan dalam divisi dan tim tetaplah harus mengacu pada perintah atasan langsung, tugas dari masing-masing divisi yang memiliki pekerjaan yang berbeda-beda adalah menginterpretasikan perintah utama tersebut agar terfasilitasi oleh divisi, seksi, atau tim yang dipegangnya masing-masing. 7. Koordinasi Koordinasi adalah usaha mengarahkan kegiatan seluruh uni unit organisasi agar tertuju untuk memberikan sumbangan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan. Adanya pembagian tugas pekerjaan dan bagian-bagian, serta unit-unit terkecil di dalam suatu organisasi cenderung timbul kekuatan memisahkan diri dari tujuan organisasi secara keseluruhan. Misalnya, universitas yang dibagi-bagi dan terdiri atas beberapa fakultas dan unit-unit lain yang mempunyai masing-masing tugas cenderung hanya memberi perhatian terhadap tugas unitnya dan kemungkinan melupakan tujuan universitas secara keseluruhan. Oleh karena itu, untuk mencegah hal yang demikian haruslah ada usaha mengembalikan gerak yang memisahkan diri melalui kegiatan koordinasi. Dengan adanya koordinasi akan terdapat keselarasan aktivitas d antara unit-unit organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Koordinasi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Empat cara utama dalam usaha memelihara koordinasi adalah sebagai berikut. Mengadakan pertemuan resmi antara unsur-unsur atau unit-unit yang harus dikoordinasikan. Dalam pertemuan seperti ini, dibahas dan diadakan pertukaran pikiran dari pihak-pihak yang bersangkutan dengan tujuan mereka akan berjalan seiring dan bergandengan dalam mencapai sesuatu tujuan. Mengangkat seseorang, suatu team atau panitia yang khusus bertugas melakukan kegiatan-kegiatan koordinasi seperti memberi penjelasan-penjelasan atau bimbingan kepada unit-unit yang dikoordinasikannya. Membuat Buku Pedoman, dalam mana dijelaskan tugas dari masing-masing satu lama lain. Buku Pedoman seperti itu diberikan kepada setiap unit untuk dipedomani dalam pelaksanaan tugas masing-masing. Pimpinan atau atasan mengadakan pertemuan-pertemuan informal dengan bawahannya dalam rangka pemberian bimbingan, konsultasi dan pengarahan Firmansyah & Mahardhika, 2018, hlm. . Contoh Penerapan Contoh penerapan prinsip koordinasi ini adalah dengan sesederhana mengharuskan seluruh tim yang berbeda-beda melakukan daily report agar semua tim dan anggota yang terlibat dapat mengetahui sudah sejauh mana masing-masing pekerjaan yang mereka tengah lakukan. Report ini dapat dilakukan melalui forum interaktif seperti sistem informasi untuk mengelola proyek atau sesederhana membuat grup di whatsapp. Referensi Firmansyah, Anang dan Mahardhika, Budi W. 2018. Pengantar manajemen. Yogyakarta Penertbit Deepublish. Sadikin, A., Misra, I., Hudin, 2020. Pengantar manajemen dan bisnis. Yogyakarta K-Media. Menjalani kehidupan memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Tak jarang banyak rintangan yang membuat kehidupan itu sendiri menjadi terasa sangat itu semua akan terasa lebih mudah jika kamu kerap memiliki sikap mindfulness. Artinya, kamu bisa menyadari sepenuhnya dengan situasi yang sedang kamu hadapi saat karenanya, cobalah untuk terus memegang lima prinsip kehidupan berikut. Cari tahu bagaimana menjadi pribadi yang berprinsip dan terus mengedepankan mindfulness!1. Jika kamu tidak puas dengan situasimu, hadapi kenyataan tersebut ilustrasi sedang merasa bosan tidak selamanya berada di suatu tempat secara permanen. Artinya, terkadang kamu mungkin berada di atas dan bisa jadi dalam waktu sekejap kamu juga berada di yang harus dipahami adalah ketika kamu sedang merasa tidak nyaman dengan situasimu saat ini, maka hadapilah kenyataan tersebut. Sebisa mungkin ubah situasi tersebut menjadi lebih baik dan kamu hanya meratapi dan menangis sepanjang hari. Air mata tidak akan mampu mengubah situasi, tetapi kerja kerasmu tak akan mengkhianati Memulai sesuatu memang sulit, namun sekalipun gagal kamu sudah berkembang ilustrasi mengalami kegagalan dari nol atau memulai sesuatu dari awal memang sangat sulit. Kamu harus mengulang usaha yang sama atau lebih keras untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Namun itu semua juga tak menjamin bahwa kamu akan berhasil. Bisa jadi kamu akan gagal ingat, satu kali kegagalan yang kamu hadapi akan membuatmu berkembang. Kamu telah beranjak dari satu situasi dan berada di situasi yang lain. Kamu akan banyak belajar dan memahami situasi dan menjadi lebih baik lagi. Baca Juga 5 Prinsip Hidup yang Membuatmu Menarik, Beda dari yang Lain 3. Nilailah orang dari pengalamanmu bersamanya, bukan dari perkataan orang lain ilustrasi ngobrol bareng teman harus berprinsip, termasuk dalam memahami informasi yang kamu terima. Jangan mudah percaya terhadap perkataan orang lain. Kamu harus melihat segala sesuatunya dari kaca matamu pernah menilai orang lain dari perkataan orang lain pula. Bisa jadi orang tersebut hanya membangun citra negatif agar banyak orang membenci pribadi orang yang sedang dijelek-jelekkannya. Dan kamu tidak berkepentingan untuk tergabung dalam lingkungan toksik Jadilah dewasa dengan bertanggung jawab atas kesalahanmu ilustrasi wanita menyendiri setiap momen kehidupan, setiap orang dituntut untuk selalu bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya. Tak semudah teorinya, karena faktanya bertanggung jawab menjadi satu hal yang sangat sulit untuk prinsip dan jadilah dewasa dengan selalu mengambil rasa tanggung jawab tersebut. Jangan hanya mau enaknya saja, dan jangan pula mengorbankan orang lain demi kepentinganmu Ketika menginginkan sesuatu, jangan setengah-setengah ilustrasi bekerja hingga lupa waktu manusia yang memiliki prinsip kuat bahwa ketika kamu sedang menginginkan sesuatu, maka kamu berjanji untuk berusaha sekerasnya. Jangan membangun mimpi setengah-setengah karena mungkin kamu ragu dengan dirimu pasanglah target yang paling tinggi dan jangan ragu untuk mengafirmasikannya. Karena sekalipun kamu gagal saat mendapatkan posisi tersebut, kamu masih terjatuh satu level di bawahnya. Artinya, kamu tetap berhasil dan berada di atas orang bersikap mindfulness, kamu akan lebih siap menghadapi kehidupan yang penuh kejutan. Jadi, prinsip mana yang sudah kamu pegang? Baca Juga 5 Prinsip Hidup Minimalis Membantumu Raih Mimpi, Coba, deh! IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Etika bisnis merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan berbisnis dan meliputi seluruh aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat. Etika bisnis dalam sebuah perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku dalam membina hubungan yang sehat di dalam lingkungan kerja dan juga hubungan sehat antara pedagang dan mitra kerjanya. Prinsip bisnis yang baik adalah dimana mereka menjalankan bisnis yang beretika, yaitu bisnis yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku. Prinsip-prinsip yang berlaku dalam kegiatan bisnis tidak bisa lepas dari kehidupan kita sebagai manusia. Prinsip-prinsip etika bisnis biasanya terkait dengan sistem nilai yang dianut oleh masing-masing masyarakat. Prinsip-prinsip itu diantaranya prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip otonomi, prinsip saling menguntungkan, prinsip integritas prinsip etika bisnis dalam sebuah tindakan adalah suatu keharusan untuk dipegang teguh oleh semua aspek yang terikat dengan perusahaan. Penerapan prinsip etika bisnis di sebuah perusahaan ini akan membangun hubungan yang adil dan sehat, baik di antara sesama rekan kerja, pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat. Dan dalam prinsip-prinsip etika bisnis ada beberapa contoh dalam praktik bisnis. Berikut contoh penerapan prinsip-prinsip tersebut 1. Prinsip Kejujuran Dalam hubungan kerja internal dalam suatu perusahaan harus adanya kejujuran demi terciptanya kondisi kerja yang kondusif. Sikap jujur harus dilakukan seluruh pihak guna mempertahankan bisnis dari kehancuran. Contoh pengaplikasiannya adalah Bila kita menjalankan suatu usaha, kita selalu jujur dalam menggaji karyawan-karyawan. Gaji yang diberikan harus sesuai dengan kesepakatan awal bekerja. Sebaliknya, karyawan pun harus selalu jujur dalam mengerjakan pekerjaannya dan menghindari sikap-sikap yang ingin mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri. Selain dalam hubungan kerja dalam tawar menawar barang atau jasa pun harus ada kejujuran seperti, kita harus menentukan harga yang tepat untuk kualitas barang atau jasa yang dijual. 2. Prinsip KeadilanPrinsip keadilan untuk mengukur bisnis dalam melaksanakan etika bisnis, yaitu dengan meng- adilkan semua pihak yang memberikan kontribusi. Contoh pengaplikasiannya adalah Ada pedagang yang menjual daging di pasar yang sama-sama menjual daging sapi, keadilan ini harus mereka tegakkan supaya ketika ada suatu hal tidak diinginkan seperti, salah satu merasa di rugikan, yang di rugikan ini boleh menuntut secara Prinsip OtonomiPrinsip otonomi kemampuan dan sikap seseorang saat mengambil tindakan dan keputusan yang berdasarkan kesadarannya sendiri mengenai apa yang dianggapnya baik yang bisa dilakukan. Contoh pengaplikasiannya adalah Seseorang harus tau kegiatan dibidang apa yang sedang dijalani, situasi yang diharapkannya apa yang diharapkan orang tersebut, dan akan seperti apa bisnis itu kedepannya. Jadi seperti, orang itu harus sadar dan tahu baik bagi dirinya dan perusahaan maupun bagi pihak lain. 4. Prinsip Saling menguntungkanPrinsip saling menguntungkan berarti bisnis yang dijalankan menguntungkan bagi semua pihak. Contoh pengaplikasiannya adalah Toko Skincare menyediakan produk-produk yang berkualitas kepada para konsumen. Dengan begitu, konsumen akan memperoleh manfaat yang maksimal dari produk skincare Prinsip Integritas MoralPrinsip ini menekankan bahwa setiap orang memiliki harkat dan martabat yang harus dihormati. Contoh penerapannya adalah Perusahaan yang menjaga nama baiknya dengan menanamkan integritas moral seperti memberikan pelayanan terbaik bagi para pengguna layanannya. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Curriculum development is an important thing to do. In Indonesia, there have been ten curriculum changes that have started from the 1947 Curriculum to the present, the 2013 Curriculum. In fact, the curriculum changes show that the principles of education must be able to adjust the development of the times without leaving the cultural values of the relevant community. The purpose of this research is to find out the principles in curriculum development. This research uses library research method. The results of this study indicate that curriculum development resources, including; empirical data, experimental data, folklore and general public knowledge. The principles in curriculum development are divided into two things 1. General Principles, which include; the principle of relevance, the principle of flexibility, the principle of continuity, the practical principle, and the principle of effectiveness, 2. Special Principles, which include; principles for determining educational objectives, principles for selecting educational content, principles for selecting teaching and learning processes, principles for selecting media and teaching tools, and principles relating to assessment. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020; p-ISSN 2338-2325; e-ISSN 2540-9697; 42-55 PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ariefrahman163 , tasmanhamami61 Abstract Curriculum development is an important thing to do. In Indonesia, there have been ten curriculum changes that have started from the 1947 Curriculum to the present, the 2013 Curriculum. In fact, the curriculum changes show that the principles of education must be able to adjust the development of the times without leaving the cultural values of the relevant community. The purpose of this research is to find out the principles in curriculum development. This research uses library research method. The results of this study indicate that curriculum development resources, including; empirical data, experimental data, folklore and general public knowledge. The principles in curriculum development are divided into two things 1. General Principles, which include; the principle of relevance, the principle of flexibility, the principle of continuity, the practical principle, and the principle of effectiveness, 2. Special Principles, which include; principles for determining educational objectives, principles for selecting educational content, principles for selecting teaching and learning processes, principles for selecting media and teaching tools, and principles relating to assessment. Keywords Curriculum Development, Development Principles, Education in Indonesia Abstrak Pengembangan kurikulum merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Di Indonesia, terhitung telah terjadi sepuluh kali pergantian kurikulum yang dimulai dari Kurikulum 1947 hingga sekarang ini, Kurikulum 2013. Sejatinya, perubahan kurikulum tersebut menunjukkan bahwa prinsip dari pendidikan haruslah dapat menyesuaikan perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya masyarakat yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum. Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka library research. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sumber-sumber pengembangan kurikulum, meliputi; data empiris, data eksperimen, cerita rakyat dan pengetahuan umum masyarakat. Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum terbagi atas dua hal 1. Prinsip Umum, yang meliputi; prinsip relevansi, prinsip fleksibilitas, prinsip kontinuitas, prinsip praktis, dan prinsip efektivitas, 2. Prinsip Khusus, yang meliputi; prinsip penentuan tujuan pendidikan, prinsip pemilihan isi pendidikan, prinsip pemilihan proses belajar mengajar, prinsip pemilihan media dan alat pengajaran, dan prinsip yang berkenaan dengan penilaian. Kata Kunci Pengembangan Kurikulum, Prinsip Pengembangan, Pendidikan di Indonesia Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 PENDAHULUAN Salah satu aspek yang berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek kurikulum. Keberadaan kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis dalam sistem Oemar Hamalik,setidaknya terdapat tiga peranan strategis yang diemban oleh kurikulum dalam dunia pendidikan; pertama, peranan konservatif. Peran konservatif kurikulum adalah melestarikan berbagai nilai budaya sebagai warisan masa lalu. Dikaitkan dengan era globalisasi sebagai akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan mudahnya pengaruh budaya asing menggerogoti budaya lokal, maka peran konservatif dalam kurikulum memiliki arti yang sangat penting. Melalui peran konservatifnya, kurikulum berperan dalam menangkal berbagai pengaruh yang dapat merusak nilai-nilai luhur masyarakat, sehingga identitas masyarakat akan tetap terpelihara dengan baik. Kedua, peranan kritis. Tidak setiap nilai dan budaya lama harus tetap dipertahankan, sebab kadang-kadang nilai dan budaya lama itu sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat; demikian juga ada kalanya nilai dan budaya baru itu juga tidak sesuai dengan nilai-nilai lama yang masih relevan dengan keadaan dan tuntutan zaman. Di sini, kurikukum berperan dalam menyeleksi dan mengevaluasi segala sesuatu yang dianggap bermanfaat untuk kehidupan anak didik. Ketiga, peranan kreatif. Kurikulum harus mampu menjawab setiap tantangan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat yang cepat berubah. Dalam peran kreatifnya, kurikulum harus mengandung hal-hal baru sehingga dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan setiap potensi yang dimilikinya agar dapat berperan aktif dalam kehidupan sosial masyarakat yang senantiasa bergerak maju secara dinamis. Dalam proses pengembangan kurikulum, ketiga peran di atas harus berjalan secara seimbang. Kurikulum yang terlalu menonjolkan peran konservatifnya cenderung akan membuat pendidikan ketinggalan oleh kemajuan zaman; sebaliknya kurikulum yang terlalu menonjolkan peran kreatifnya dapat membuat hilangnya nilai-nilai budaya masyarakat. Khususnya di Indonesia, pengembangan kurikulum Rusman, Manajemen Kurikulum Jakarta Rajawali Press, 2009, 1. Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum Bandung Remaja Rosdakarya, 2008, 11–12. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan dimaksudkan agar pendidikan dapat menyesuaikan perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya masyarakat yang luhur. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup banyak mengalami perubahan dan pengembangan kurikulum. Terhitung, pemerintah pernah menjalankan pergantian kurikulum sebanyak sepuluh kali, dimulai dari kurikulum 1947, kurikulum 1952, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984 kurikulum CBSA, kurikulum 1994, kurikulum 2004 KBK, kurikulum 2006 KTSP, hingga kurikulum tetapi, berdasarkan hasil survei terbaru oleh Programme for International Student Assessment PISA yang dirilis pada Desember 2019, menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Data ini menjadikan Indonesia bercokol di peringkat enam terbawah, masih jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam. Survei PISA merupakan rujukan dalam menilai kualitas pendidikan di dunia berdasarkan kemampuan membaca, matematika dan di atas bukan merupakan sesuatu hal yang aneh dan mengejutkan. Pendapat ini didukung oleh Hamzah yang menyatakan bahwa kurikulum yang ada pada pendidikan sekolah masih mengalami stagnasi, statis, dan berorientasi pada materialis. Stagnasi terlihat dari adopsi dan replikasi kurikulum pendidikan sekolah. Nuansa hegemoni pada dunia pendidikan sekolah terasa mengental, bahkan menuju ke arah status quo kurikulum sekolah. Adanya hegemoni tersebut membuat pola pikir dan arah nalar para pendidik dan peserta didik terpasung dalam pendidikan yang menjerumuskan bukannya pendidikan yang demikian, pengembangan kurikulum menjadi sebuah keharusan dan berlaku sepanjang hidup. Prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum harus mampu dievaluasi dan diterapkan sebagai usaha pembenahan guna mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang telah dicita-citakan bersama. Fitri Wahyuni, “KURIKULUM DARI MASA KE MASA Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan,” accessed April 15, 2020, Pandasurya Wijaya, “Survei Pendidikan Dunia, Indonesia Masuk 10 Terbawah Dari 79 Negara,” accessed March 3, 2020, A. Hamzah, Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Mentalitas Bangkalan Universitas Trunojoyo Press, 2007, 45. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan studi pustaka atau library research. Dalam penelitian kepustakaan ini dilakukan proses mengumpulkan, menganalisis, mengolah dan menyajikan buku, jurnal dan teks-teks yang berhubungan dengan tema penelitian sebagai bahan referensi dalam bentuk laporan kepustakaan. Data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis menggunakan metode content analysis. Tahapan dalam metode ini antara lain reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan beberapa referensi primer dalam penelitian kepustakaan ini ialah; 1 Buku Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, karya N. S. Sukmadinata, 2 Buku Manajemen Pengembangan Kurikulum, karya Oemar Hamalik, 3 Buku Kurikulum dan Pengajaran, karya S. Nasution, 4 Buku Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, karya Zainal Arifin, serta 5 Buku Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, karya Hendyat Soetopo dan Wasty Soemanto. HASIL DAN PEMBAHASAN Definisi Pengembangan Kurikulum Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai finish. Dalam bahasa Arab, kata kurikulum yang biasa digunakan adalah manhaj, yang berarti jalan terang yang dilalui manusia pada berbagai bidang definisi menurut istilah, sebagaimana dikemukakan oleh S. Nasution ialah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2008, 1–2. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Bandung Alfabeta, 2009, 92. Hasan Langgulung, Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Dan Pendidikan Jakarta Pustaka al-Husna, 1986, 176. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan menurut Zaenal Arifin, kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis dan jenjang rangka mencapai tujuan pendidikan, kurikulum tidaklah bersifat statis. Kurikulum dapat diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah perkembangan zaman. Proses mengubah dan memodifikasi ini dinamakan proses pengembangan. Dalam kajian ini dipahami bahwa kegiatan pengembangan adalah penyusunan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaaan kurikulum. Istilah pengembangan menunjukkan pada suatu kegiatan menghasilkan suatu alat atau cara yang baru. Selama kegiatan tersebut, penilaian dan penyempurnaan terhadap alat atau cara tersebut terus dilakukan. Apabila setelah mengalami penyempurnaan-penyempurnaan, akhirnya alat atau cara tersebut dipandang cukup mantap untuk digunakan seterusnya, maka berakhirlah kegiatan pengembangan kurikulum oleh Oemar Hamalik, didefinisikan sebagai perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah perubahan- perubahan yang diinginkan dan menilai sampai di mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri Dakir menjelaskan bahwa pengembangan kurikulum ialah proses mengarahkan kurikulum sekarang ke tujuan pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan pengembangan kurikulum sebagaimana disebut di atas mencakup dimensi yang luas. Pengembangan kurikulum merupakan istilah yang komprehensif, yang meliputi perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Perencanaan kurikulum yaitu langkah terdepan dalam membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan rencana yang akan dipakai oleh guru dan siswa. Penerapan kurikulum atau yang biasa disebut implementasi S. Nasution, Kurikulum Dan Pengajaran Jakarta Rineka Cipta, 1989, 5. Zainal Arifin, Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Bandung Remaja Rosdakarya, 2015, 1. Syafaruddin and Amiruddin, Manajemen Kurikulum Medan Perdana Publishing, 2017, 130–31. Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, 97. Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum Jakarta Bumi Aksara, 2010, 91. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 kurikulum berupaya memindahkan perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum adalah tahap akhir pengembangan kurikulum untuk melihat sejauh mana hasil pembelajaran, tingkat pencapaian program yang direncanakan, dan hasil dari kurikulum tersebut. Pengembangan kurikulum bukan hanya melibatkan orang-orang yang berhubungan langsung dengan dunia pendidikan, tetapi juga melibatkan banyak individu, seperti politisi, wirausahawan, orang tua siswa, dan elemen masyarakat lainnya yang merasa tertarik dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada intinya adalah aturan atau undang-undang yang akan menginspirasi pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kurikulum adalah proses memaksimalkan pelaksanaan kurikulum dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sebagaimana dalam kurikulum yang ditetapkan pemerintah setelah dilaksanakan dalam waktu tertentu. Biasanya pengembangan kurikulum ini adalah proses pembaruan kurikulum setelah dilakukan evaluasi kurikulum setelah dilaksanakan, bisa saja dilakukan atas kebijakan pemerintah dan juga dapat dilakukan oleh pihak sekolah bersama dengan guru dalam mendukung optimalisasi pelaksanaan kurikulum pendidikan di sekolah dan luar sekolah terhadap perkembangan anak didik. Sumber-sumber Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam kajian tentang sumber-sumber prinsip pengembangan kurikulum, Peter F. Oliva mengemukakan bahwa pada prinsip pengembangan kurikulum paling tidak ada 4 empat sumber yang menjadi acuan sebuah pengembangan kurikulum yaitu data empiris empirical data, data hasil penelitian experimental data, kisah rakyat folkfore curriculum yang menyangkut tentang keyakinan masyarakat dan nilai-nilai yang ada di dalamnya, serta pemahaman bersama atau pengertian umum yang ada dalam suatu masyarakat common sense.Mustofa Kamal, “Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan Mentalitas,” Madaniyah 4, no. 2 2014 230–31. Peter F Oliva, Developing The Curriculum, III United States Harper Collins Publishers, 1992, 28. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Berdasarkan sumber-sumber pengembangan yang dikemukakan Oliva tersebut, dapat dikategorikan bahwa hanya ada 2 dua sumber yang menjadi prinsip pengembangan kurikulum yaitu sumber ilmiah dan sumber non ilmiah. Sumber ilmiah didapat dari data-data dari kegiatan yang bersifat ilmiah seperti halnya penelitian, data-data empiris tentang kelemahan dan kekurangan kurikulum sebelumnya, informasi faktual dan sebagainya. Sedangkan sumber non ilmiah didapat dari hal-hal yang bersifat non ilmiah seperti cerita rakyat, legenda, mitos dan sebagainya yang telah menjadi keyakinan umum oleh suatu masyarakat dan memiliki nilai-nilai tertentu di dalamnya. Sedangkan menurut Sukmadinata dalam bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktekmenyebutkan beberapa sumber pengembangan kurikulum diantaranya ialah dan pekerjaan orang dewasa, di mana isi kurikulum disesuaikan sebagai persiapan anak untuk menjalani kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. masyarakat, termasuk di dalamnya semua disiplin ilmu yang ada sebagai pengetahuan ilmiah, nilai-nilai, perilaku, benda material dan unsur kebudayaan lainnya. sebagai pusat atau sumber kegiatan pembelajaran. Perhatian dalam menyusun pengembangan kurikulum bukan sesuatu yang akan diberikan pada anak tapi bagaimana potensi yang ada pada anak dapat dikembangkan secara optimal. penyusunan kurikulum sebelumnya, baik sesuatu yang negatif maupun hasil evaluasi positif atas pelaksanaan kurikulum sebelumnya. nilai di masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang akan diajarkan di sekolah atau dalam pelaksanaan kurikulum. N. S. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek Bandung Remaja Rosdakarya, 2004, 33. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 sosial-politik tertentu termasuk lembaga, arah kebijakan dan produk- produk politik berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum Pengembangan kurikulum menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di lembaga pendidikan sangat dimungkinkan untuk menggunakan prinsip yang berbeda dari kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lain, sehingga akan ada banyak prinsip yang digunakan dalam pengembangan sebagaimana dikutip oleh Syafaruddin dan Amiruddin menyebutkan delapan prinsip dalam pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut antara lain; prinsip berorientasi pada tujuan, relevansi, efisiensi, fleksibilitas, kontinuitas, keseimbangan, keterpaduan, dan Sukmadinata, membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi dua kelompok, yakni prinsip umum dan prinsip umum dimaknai sebagai prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang membangunnya. Adapun penjabaran prinsip-prinsip umum ialah sebagai berikut 1. Prinsip relevansi Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika mengacu pada prinsip relevansi, setidaknya kurikulum harus memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal, kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi. Sedangkan secara eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan tuntutan sains dan Fitroh, “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Strategi Pencapaian,” STUDIA INFORMATIKA JURNAL SISTEM INFORMASI 4, no. 2 2011 1–7, Syafaruddin and Amiruddin, Manajemen Kurikulum, 135–36. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, 86. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan teknologi relevansi epistemologis, tuntutan dan potensi siswa relevansi psikologis, serta tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat relevansi sosiologis.Oleh sebab itu, dalam membuat kurikulum harus memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa di sekitarnya, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan datang. Dalam realitanya prinsip di atas memang harus betul-betul diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam upaya membangun Prinsip fleksibilitas Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam implementasinya, memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar belakang siswa, peran kurikulum disini sangat penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang untuk peningkatan mutu pendidikan. Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa, kurikulum harus memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu dan kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini mempersiapkan anak-anak untuk saat ini dan masa depan. Kurikulum tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan. Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan Jakarta Bina Aksara, 1986, 49. Asmariani, “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam Al-Afkar Jurnal Keislaman & Peradaban,” accessed April 15, 2020, Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 Kurikulum harus menyediakan ruang untuk memberikan kebebasan bagi pendidik untuk mengembangkan program pembelajaran. Pendidik dalam hal ini memiliki kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang lingkungan Prinsip kontinuitas Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dan jenis pekerjaan. Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau membosankan baik yang mengajarkan guru maupun yang belajar peserta didik. Selain berhubungan dengan tingkat pendidikan, kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi studi fleksibilitas adalah kurikulum yang dikembangkan tidak kaku dan memberikan kebebasan kepada guru maupun peserta didik dalam memilih program atau bahan pembelajaran, sehingga tidak ada unsur paksaan dalam menempuh program Prinsip efisiensi Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat penting dan bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran agar lebih optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum yang dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu pengembangan Rosichin Mansur, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan,” Vicratina Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2 November 18, 2016, Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan, 52–53. Soetopo and Soemanto, 53–54. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah Indonesia untuk mecapai sebuah cita-cita bangsa yaitu mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus bangsa untuk memilki akhlak mulia dan berbudi pekerti yang luhur. Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga apa yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan yang ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat mengimplementasikan program pembelajaran lain karena upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya Prinsip efektivitas Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu mempertimbangkan prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana program pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu efektivitas mengajar guru dan efektivitas belajar aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif dalam mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi bahan dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain. Sedangkan pada aspek efektivitas belajar siswa, perlu dikembangkan kurikulum yang terkait dengan metodologi pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau materi pembelajaran. Sedangkan prinsip khusus, sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinatamencakup lima hal, yakni; prinsip penentuan tujuan pendidikan, pemilihan isi pendidikan, pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan alat pengajaran, serta berkenaan dengan penilaian. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut Soetopo and Soemanto, 50–51. Soetopo and Soemanto, 50–51. Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, 86. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 1. Prinsip penentuan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat umum dan khusus. Dalam perumusan tujuan pendidikan, didasarkan pada sumber-sumber, seperti; ketentuan dan kebijakan pemerintah, survei mengenai persepsi masyarakat tentang kebutuhan mereka, survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survei tentang kualitas sumber daya manusia, serta pengalaman negara lain dalam menghadapi masalah yang sama. 2. Prinsip pemilihan isi pendidikan/kurikulum Dalam menentukan isi kurikulum, beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan dasar acuan ialah; diperlukan penjabaran tujuan pendidikan ke dalam perbuatan hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, serta unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis, maksudnya ketiga ranah belajar tersebut diberikan secara simultan dalam urutan situasi belajar. 3. Prinsip pemilihan proses belajar mengajar Dalam proses belajar mengajar, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini; kecocokan metode/teknik belajar mengajar untuk mengajarkan bahan pelajaran, variasi metode/teknik dalam proses belajar mengajar terhadap perbedaan individu siswa, serta keefektifan metode/teknik dalam mengaktifkan siswa dan mendorong berkembangnya kemampuan baru. 4. Prinsip pemilihan media dan alat pengajaran Dalam proses pemilihan media dan alat pengajaran, hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini; kegiatan perencanaan dan inventaris terhadap alat/media apa saja yang tersedia, serta pengorganisasian alat dalam bahan pembelajaran, baik dalam bentuk modul atau buku paket. 5. Prinsip berkenaan dengan penilaian Penilaian merupakan proses akhir dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam proses penilaian belajar, setidaknya mencakup tiga hal dasar yang Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami PALAPA Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan harus diperhatikan, yakni; pertama, merencanakan alat penilaian. Hal yang harus diperhatikan dalam fase ini ialah penentuan karakteristik kelas dan usia, bentuk tes/ujian, dan banyaknya butir tes yang disusun. Kedua, menyusun alat penilaian. Langkah-langkahnya adalah dengan merumuskan tujuan pendidikan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, mendeskripsikan dalam bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran, serta menuliskan butir-butir tes. Ketiga, mengelola hasil penilaian. Prinsip yang perlu diperhatikan ialah norma penilaian yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes serta penggunaan skor standard. KESIMPULAN Kurikulum memiliki peran strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Keberadaan kurikulum merupakan salah satu bentuk nyata dalam mengusahakan terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, kurikulum tidaklah bersifat statis. Kurikulum dapat diubah maupun dimodifikasi secara dinamis mengikuti arah perkembangan zaman dengan tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur masyarakat. Proses mengubah dan memodifikasi ini dinamakan proses pengembangan. Pengembangan kurikulum bukanlah proses instan tanpa adanya kajian yang matang terhadapnya. Setidaknya sumber rujukan dalam mengembangkan kurikulum harus berdasar pada data empiris dan eksperimen, serta cerita dan pengetahuan umum yang berkembang di masyarakat. Selain itu, pijakan dalam menegembangkan kurikulum juga perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar, seperti; prinsip relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efisiensi, efektivitas, dan komponen pendidikan lainnya agar tujuan pengembangan kurikulum dapat terarah dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Zainal. Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung Remaja Rosdakarya, 2015. Arif Rahman Prasetyo & Tasman Hamami Volume 8, Nomor 1, Mei 2020 Asmariani. “Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum Dalam Perspektif Islam Al-Afkar Jurnal Keislaman & Peradaban.” Accessed April 15, 2020. Dakir. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta Bumi Aksara, 2010. Fitroh. “Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Strategi Pencapaian.” STUDIA INFORMATIKA JURNAL SISTEM INFORMASI 4, no. 2 2011. Hamalik, Oemar. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung Remaja Rosdakarya, 2008. Hamzah, A. Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Mentalitas. Bangkalan Universitas Trunojoyo Press, 2007. Kamal, Mustofa. “Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan Mentalitas.” Madaniyah 4, no. 2 2014 230–50. Langgulung, Hasan. Manusia Dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi Dan Pendidikan. Jakarta Pustaka al-Husna, 1986. Mansur, Rosichin. “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL Suatu Prinsip-Prinsip Pengembangan.” Vicratina Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2 November 18, 2016. Nasution, S. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta Rineka Cipta, 1989. Oliva, Peter F. Developing The Curriculum. III. United States Harper Collins Publishers, 1992. Rusman. Manajemen Kurikulum. Jakarta Rajawali Press, 2009. Soetopo, Hendyat, and Wasty Soemanto. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta Bina Aksara, 1986. Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta, 2009. Sukmadinata, N. S. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek. Bandung Remaja Rosdakarya, 2004. Syafaruddin, and Amiruddin. Manajemen Kurikulum. Medan Perdana Publishing, 2017. Wahyuni, Fitri. “KURIKULUM DARI MASA KE MASA Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan.” Accessed April 15, 2020. Wijaya, Pandasurya. “Survei Pendidikan Dunia, Indonesia Masuk 10 Terbawah Dari 79 Negara.” Accessed March 3, 2020. Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta Yayasan Obor Indonesia, 2008. ... 5 Nilai-nilai dalam masyarakat, termasuk nilai-nilai apa saja yang diajarkan di sekolah atau dalam pelaksanaan kurikulum. Prasetyo & Hamami, 2020. ...Oktia Anisa PutriIfnaldi NurmalThis study aimed to learn how the implementation of religious moderation in the development of the PAI curriculum. Researchers used the Library Research research method with historical analysis research types and data collection techniques taken from various literature that discussed the theme in question to find out this. The data that has been collected is then analyzed using content analysis techniques. The study results reveal that the inculcation of moderation values in education is so important in managing world civilization in the field of education. With a high sense of tolerance, will not blame differences. However, this does not mean that moderate Islamic teachings are wishy-washy. Still, these teachings will filter out existing disputes and unite the differences that divide the archipelago, nation and religion. Religious moderation in schools can be done through the Hidden Curriculum. The process of acculturation through the habit of internalization and institutionalization. The PAI curriculum now also uses the independent learning curriculum where the aim of the Free Learning curriculum is the policy of the Minister of Education and Culture to encourage students to master useful knowledge. and provide opportunities for students to be free but still express learning within existing limits and criticisms, without having to fade away as noble ideals and also morals for educators. The factors that influence religious moderation in schools include internal and external factors.... Rachmawati, 2020. Penilaian pada Kurikulum 2013 mencakup tiga ranah di antaranya ialah ranah kognitif pengetahuan, afektif sikap sosial dan spiritual, dan psikomotor keterampilan Prasetyo & Hamami, 2020. Dalam prosesnya, penilaian tentunya memerlukan instrumen penilaian yang tepat agar penilaian berlangsung efektif. ...Ni Kadek Ledi Anggreni I Gede AstawanNi Wayan RatiKurang maksimalnya penilaian pada ranah afektif disebabkan oleh tidak adanya pengembangan instrumen penilaian yang mampu mengukur aspek-aspek penilaian. Tujuan penelitian ini untuk menghasilkan instrumen penilaian sikap spiritual dan sikap sosial siswa kelas VI SD pada tema Persatuan dalam Perbedaan yang valid dan reliabel. Penelitian ini berjenis pengembangan dengan menggunakan model pengembangan RDR. Metode pengumpulan data berupa lembar validasi instrumen dengan melibatkan dua ahli dan dua praktisi kelas VI. Subjek penelitian ini adalah 2 orang ahli dan 2 orang praktisi kelas VI. Metode analisis data menggunakan uji gregory untuk mencari validitas dan uji percentage of agreement untuk mencari reliabilitas. Validitas isi instrumen penilaian sikap spiritual dan sikap sosial menunjukkan hasil 1,00 berkriteria validitas sangat tinggi. Reliabilitas pada instrumen sikap spiritual dan sikap sosial menunjukkan hasil 1,00 berkriteria reliabel. Dapat disimpulkan bahwa instrumen layak untuk digunakan menilai sikap spiritual dan sikap sosial siswa kelas VI SD pada tema Persatuan dalam Perbedaan.... Assessment is a systematic and continuous process or activity to collect information about the process and results of student learning in order to make decisions based on certain criteria and considerations Astuti et al., 2018;Daga, 2020;Prasetyo & Hamami, 2020;Waizah & Herwani, 2021. The decisions in question are decisions about students, such as the grades to be given or also decisions about grade promotion and graduation. ...Ulil Maziyatin NafisyahSofyan HadiLailatul UsriyahThe purpose of the study was to describe the authentic assessment of attitude, knowledge and skills competencies in thematic learning at MI Nurul Islam 02 Balung Jember. This research uses a qualitative research approach and case study research type. The location of this research is MI Nurul Islam 02 Balung Jember. Determination of informants using purposive technique. Data collection techniques using non-participant observation, semi-structured interviews. Data analysis using data condensation, data presentation, drawing conclusions or verification. The results of this study are 1 Authentic assessment of attitude competence in thematic learning at MI Nurul Islam 02 Balung Jember includes spiritual attitudes and social attitudes 2 Authentic assessment of knowledge competence is using written tests, oral tests and assignments. On the theme of 8 Regions Where I Live sub-theme 1 learning to 1 knowledge assessment is carried out in written tests and assignments, written tests are making sentences from a word, and pairing buildings and nets of building spaces. The assignment is that the teacher gives homework in groups. 3 Authentic assessment of skill competencies in thematic learning in the form of portfolio, project, and performance assessments. Skills assessment is seen from students' skills when doing storytelling activities.... Guru bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak, diharapkan terjadi interaksi belajar-mengajar, guru yang profesional merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya eksposisi pembelajaran dan guru harus menguasai prinsip-prinsip pembelajaran dalam pembelajaran. Selain menguasai materi yang diajarkan Prasetyo & Hamami, 2020. Maka dari itu guru profesional saat mengajar tidak hanya memberikan banyak nasihat-nasihat, namun mampu memiliki peranan yang besar dalam kemajuan pendidikan seperti mengikuti workshop atau kegiatan pelatihan agar pencapaian tujuan pembelajaran Kristiawan & Rahmat, 2018. ...Salwa Meliana SabrinaAslam AslamPenelitian ini didasarkan dalam peranan kepala sekolah untuk meningkatkan profesionl guru. Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengambaran beberapa temuan di lapangan, menggunakan pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 7 orang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan empat guru, dan dua karyawan dengan objek penelitian meliputi Analisis Peranan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesional Guru di SDN Kali Baru 3 Bekasi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik dokementasi, observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 Kepala sekolah telah melaksanakan peranan berupa arahan dan instruksi kepada guru, pegawai tentang apa yang harus dilakukan. Sehingga arahan dan instruksi dapat dicermati dan diikuti dengan baik dan maksimal, 2 Faktor pendukung peranan kepala sekolah selama ini terbuka untuk saling kerjasama dan memberikan kenyamanan kepada guru. Sedangkan faktor penghambatnya terdapat salah satu guru yang masih kurang paham menggunakan memiliki tujuan didalamnya, seperti yang tertera dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bahwa salah satu tujuan pendidikan nasional ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mencapai tujuan pendidikan diperlukan alat yang dapat mengarahkan dan menjadi landasan dalam kegiatan pembelajaran yaitu kurikulum. Kurikulum merupakan alat pembantu dalam pelaksanaan pembelajaran yang dapat menyokong terwujudnya tujuan pendidikan. Dengan begitu harus adanya penyesuaian terhadap kurikulum yang diterapkan. Kurikulum harus disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik juga dengan capaian yang harus dipenuhi. Hal ini menyebabkan adanya perubahan atau pengembangan kurikulum secara berkala. Melihat adanya perubahan kurikulum secara berkala, menimbulkan pertanyaan apakah perubahan untuk pengembangan kurikulum tersebut memiliki pengaruh dalam prestasi belajar peserta didik. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengembangan kurikulum terhadap prestasi belajar peserta didik. Metode penelitian yang dilakukan adalah menggunakan metode literatur review atau studi kepustakaan dengan analisis deskriptif. Dari penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil bahwa pengembangan kurikulum disebagian sekolah dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Namun dilain pihak, pengembangan kurikulum ini hanya meningkatkan motivasi prestasi saja tanpa adanya peningkatan prestasi belajar peserta didik. Pengembangan kurikulum merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan evaluasian namun harus tetap berlandaskan tujuan pendidikan juga kebutuhan peserta Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Strategi PencapaianDakir. Perencanaan Dan Pengembangan KurikulumJakartaDakir. Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta Bumi Aksara, 2010. Fitroh. "Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi Dan Strategi Pencapaian." STUDIA INFORMATIKA JURNAL SISTEM INFORMASI 4, no. 2 2011. Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis MentalitasA HamzahHamzah, A. Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Mentalitas. Bangkalan Universitas Trunojoyo Press, Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan MentalitasMustofa KamalKamal, Mustofa. "Model Pengembangan Kurikulum Dan Strategi Pembelajaran Berbasis Sosiologi Kritis, Kreativitas Dan Mentalitas." Madaniyah 4, no. 2 2014 The Curriculum. III. United StatesPeter F OlivaOliva, Peter F. Developing The Curriculum. III. United States Harper Collins Publishers, Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi PendidikanHendyat SoetopoWasty SoemantoSoetopo, Hendyat, and Wasty Soemanto. Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta Bina Aksara, DARI MASA KE MASA Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan Dan KeagamaanSyafaruddinAmiruddinManajemen KurikulumMedanSyafaruddin, and Amiruddin. Manajemen Kurikulum. Medan Perdana Publishing, 2017. Wahyuni, Fitri. "KURIKULUM DARI MASA KE MASA Telaah Atas Pentahapan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia Al-Adabiya Jurnal Kebudayaan Dan Keagamaan." Accessed April 15, 2020. ew/ Pendidikan Dunia, Indonesia Masuk 10 Terbawah Dari 79 NegaraPandasurya WijayaWijaya, Pandasurya. "Survei Pendidikan Dunia, Indonesia Masuk 10 Terbawah Dari 79 Negara." Accessed March 3, 2020.

berikut prinsip prinsip yang harus dipegang dalam sebuah tim kecuali